Sabtu, 28 Juli 2012

ANALISIS TEKANAN PADA KATA "AIZUCHI" DALAM BAHASA JEPANG



ANALISIS TEKANAN PADA KATA "AIZUCHI" DALAM BAHASA JEPANG
Oleh: I Made Sukadana Antara

 
I PENDAHULUAN

1.         Latar Belakang dan Masalah
            Bahasa memiliki keterkaitan dengan budaya masyarakat penuturnya.  Dalam mempelajari suatu bahasa, pemahaman tentang budaya masyarakat penutur bahasa tersebut menjadi hal yang sangat penting. Hal tersebut juga berlaku dalam mempelajari bahasa Jepang. Budaya dan pola pikir orang Jepang saat mempelajari bahasa Jepang sangat penting untuk diperhatikan. Salah satunya adalah tentang adanya aizuchi dalam bahasa Jepang.
            Aizuchi merupakan ungkapan dalam bahasa Jepang yang berfungsi untuk mengindikasikan bahwa lawan bicara memberikan tanggapan, perhatian atau memahami isi topik pembicaraan yang dikemukakan oleh pembicara.  Aizuchi digunakan oleh lawan bicara setelah pembicara menyelesaikan kalimatnya. Pembicara sangat mengharapkan lawan bicaranya untuk  menggunakan aizuchi sebagai tanda bahwa orang yang diajak bicara mengerti dengan apa yang sedang dibicarakan. Hal ini tentu sangat berbeda dengan budaya ataupun pola pikir yang terdapat dalam masyarakat Indonesia. Dalam masyarakat Indonesia justru terdapat semacam nilai atau norma yang menganggap bahwa tindakaan menyahut saat orang lain sedang berbicara sebagai sesuatu hal yang tidak sopan, sehingga ketika seseorang sedang berbicara maka lawan bicaranya cenderung diam dan mendengarkan dengan seksama.
            Aizuchi dalam bahasa Jepang terdiri dari berbagai jenis, di antaranya ada yang memiliki makna memberi persetujuan terhadap suatu hal, dan ada yang hanya sekedar berfungsi sebagai suatu respon terhadap pembicaraan dari lawan bicara. Hal yang menarik adalah bahwa sebagai bahasa tonal, tekanan atau intonasi dalam pengucapan aizuchi dalam bahasa Jepang dapat memberi perbedaan makna yang sangat signifikan. Berikut ini salah satu contoh aizuchi dalam bahasa Jepang.
Contoh 1.
A:        Ashita Tokyo e ikimasu ‘besok saya akan pergi ke Tokyo’
B:         Soudesuka ‘oh begitu ya’
Contoh 2.
A:        Kinou, sensei wa arubaito ga yokunai to iimashita     ‘kemarin Pak (Bu) buru           mengatakan     bahwa bekerja paruh waktu tidak baik’
B:        soudesuká ‘ begitu kah? / (masa sih?)’
            Dalam dua konteks percakapan yang berbeda tersebut terdapat aizuchi soudesuka yang berbeda tekanan. Secara ortografis, kedua aizuchi tersebut terlihat tidak memiliki perbedaan, akan tetapi  aizuchi soudesuka yang berbeda tekanan tersebut sesungguhnya memiliki perbedaan makna yang sangat signifikan. Pada contoh 1, soudesuka hanya berfungsi sebagai tanggapan atau respon lawan bicara terhadap kalimat atau informasi yang diuatarakan pembicara sebelumnya, sehingga apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi bermakna ‘oh begitu ya..’, sedangkan aizuchi soudesuka pada contoh 2 yang memiliki intonasi naik, tidak hanya memiliki fungsi sebagai respon lawan bicara, tetapi juga memiliki makna keterkejutan atau ada sedikit rasa keraguan terhadap informasi yang didengar  lawan bicara tersebut, sehingga jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘begitukah?/seperti itu kah?’.
            Penggunaan aizuchi soudesuka di kalangan pembelajar bahasa Jepang sering kali disamaratakan, yaitu pembelajar cenderung tidak memperhatikan perbedaan intonasi yang ada di dalamnya. Tulisan ini berupaya untuk menjawab bagaimankah sesungguhnya perbedaan intonasi yang terdapat pada aizuchi soudesuka apabila dianalisis secara fonetis melalui speech analyzer. Tetapi sebelum membahas perbedaan intonasinya, pertama-tama akan dipaparkan mengenai frekuensi dasar dan durasi yang terdapat pada kedua aizuchi soudesuka tersebut.

II PEMBAHASAN

2.1       Frekuensi Dasar (FO)
            Beikut ini ditunjukkan FO yang terdapat pada aizuchi soudesuka dengan intonasi naik [so:deská:].
Gambar 2.1.A: grafik FO [so:deská:]
            Jarak frekuensi yang ditunjukkan dalam grafik FO sekitar 50-340Hz. FO maksimum terlihat dalam grafik tersebut terjadi saat pengucapan silabel [de] yang mencapai 330Hz, sedangkan frekuensi minimumnya terjadi pada titik 55Hz.
           
            Sementara itu FO yang terdapat pada aizuchi soudesuka dengan intonasi turun [so:deska:`] dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.

Gambar 2.1.B: grafik FO [so:deska:`]
            Jarak frekuensi yang ditunjukkan dalam grafik FO pada [so:deska:`] adalah sekitar 50-390Hz. FO maksimum terlihat dalam grafik tersebut terjadi pada pengucapan silabel [so:] yang mencapai 380Hz, sedangkan frekuensi minimumnya sekitar 55Hz.

2.2       Perbedaan Durasi
            Durasi total dari aizuchi soudesuka dengan tekanan naik [so:deská:] adalah 1176ms atau 1,176 sekon, yang dapat dilihat memalui speech analyzer berikut ini.
Gambar 2.2 A: durasi total  [so:deská:]
            Durasi [so:deská:] di atas merupakan durasi total dari keseluruhan segmen dimana masing-masing segmen memiliki durasi sebagai berikut.

Durasi [so:deská:]
segmen
s
o:
d
e
s
k
a:
durasi
90 ms
133 ms
93ms
76,5ms
185,5ms
32ms
565ms

durasi total     1176ms= 1,176sekon
            Sementara itu durasi total dari  soudesuka dengan intonasi turun [so:deska:`]  adalah 900ms atau 0,900 sekon,  yang dapat dilihat memalui speech analyzer berikut ini.
Gambar 2.2.B: durasi total [so:deska:`]  
            Durasi [so:deska:`]  di atas merupakan durasi total dari keseluruhan segmen, dimana berdasarkan speech analyzer masing-masing segmen memiliki durasi sebagai berikut.
Durasi [so:deska:`]  
segmen
s
o:
d
e
s
k
a:
durasi
49,8ms
121 ms
66ms
101ms
162ms
23,5ms
378,5ms

durasi total     899,8 (900)ms= 0,900 sekon


2.3       Perbedaan Intonasi dan durasi segmen [a:]
Intonasi yang terdapat pada soudesuka dengan intonasi naik [so:deská:] terlihat jelas pada speech analyzer berikut ini. Segmen [a:] pada silabel terakhir mengalami kenaikan tekanan yang ditandai dengan garis melandai naik.
Gambar 2.3 A: tekanan naik segmen [a:]
           
  Dari gambar di atas juga dapat dilihat bahwa segmen [a:] pada [so:deská:] membutuhkan durasi selama 565,1ms.

            Perbedaan tekanan yang jelas juga terlihat pada soudesuka dengan intonasi turun [so:deska:`]. Segmen [a:] pada silabel  terakhir terlihat mengalami penurunan tekanan yang ditandai dengan garis melandai turun.
Gambar 2.3 B: penurunan tekanan segmen [a:]
           
 Gambar di atas juga memperlihatkan bahwa segmen [a:] pada soudesuka dengan intonasi turun [so:deska:`] memerlukan durasi selama 378,5ms.


III SIMPULAN
           
            Sebagai bahasa tonal, tekanan dalam bahasa Jepang sangat berpengaruh secara signifikan, begitu juga halnya yang terjadi dalam aizuchi soudesuka ( [so:deská:] dan [so:deska:`] ). Berdasarkan analisis fonetis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa di antara [so:deská:] dan [so:deska:`]  terdapat perbedaan FO, perbedaan durasi, dan tentu saja terdapat perbedaan intonasi atau tekanan.
            Jarak frekuensi yang ditunjukkan dalam grafik FO pada [so:deská:] sekitar 50-340Hz. FO maksimum terjadi saat pengucapan silabel [de] yang mencapai 330Hz, sedangkan frekuensi minimumnya terjadi pada titik 55Hz. Sementara itu jarak frekuensi yang ditunjukkan dalam grafik FO pada [so:deska:`] adalah sekitar 50-390Hz. FO maksimum  terjadi pada pengucapan silabel [so:] yang mencapai 380Hz, sedangkan frekuensi minimumnya sekitar 55Hz.
            Durasi total dari [so:deská:] lebih panjang daripada durasi yang dihabiskan oleh [so:deska:`], yaitu durasi [so:deská:] adalah 1176ms atau 1,176 sekon, sedangkan durasi total dari [so:deska:`] adalah 900ms atau 0,900 sekon.
            Perbedaan intonasi yang terdapat pada kedua soudesuka tersebut dapat diidentifikasikan dengan sangat jelas. Pada [so:deská:] terlihat terjadi kenaikan tekanan pada segmen [a:] pada silabel terakhir yang ditandai dengan garis melandai naik, dan segmen [a:] tersebut terlihat menghabiskan durasi selama 565,1ms. Sedangkan pada [so:deska:`] terlihat terjadi penurunan tekanan yang ditandai dengan garis melandai turun pada segmen [a:] pada silabel terakhir, dan segmen [a:] pada [so:deska:`] memerlukan durasi selama 378,5ms.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar