ANALISIS TEKANAN PADA KATA "AIZUCHI" DALAM BAHASA JEPANG
Oleh: I Made Sukadana Antara
I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang dan Masalah
Bahasa memiliki keterkaitan dengan
budaya masyarakat penuturnya. Dalam
mempelajari suatu bahasa, pemahaman tentang budaya masyarakat penutur bahasa
tersebut menjadi hal yang sangat penting. Hal tersebut juga berlaku dalam
mempelajari bahasa Jepang. Budaya dan pola pikir orang Jepang saat mempelajari
bahasa Jepang sangat penting untuk diperhatikan. Salah satunya adalah tentang
adanya aizuchi dalam bahasa Jepang.
Aizuchi
merupakan ungkapan dalam bahasa Jepang yang berfungsi untuk mengindikasikan
bahwa lawan bicara memberikan tanggapan, perhatian atau memahami isi topik
pembicaraan yang dikemukakan oleh pembicara. Aizuchi digunakan oleh lawan bicara setelah
pembicara menyelesaikan kalimatnya. Pembicara sangat mengharapkan lawan
bicaranya untuk menggunakan aizuchi sebagai tanda bahwa orang yang
diajak bicara mengerti dengan apa yang sedang dibicarakan. Hal ini tentu sangat
berbeda dengan budaya ataupun pola pikir yang terdapat dalam masyarakat Indonesia.
Dalam masyarakat Indonesia justru terdapat semacam nilai atau norma yang
menganggap bahwa tindakaan menyahut saat orang lain sedang berbicara sebagai
sesuatu hal yang tidak sopan, sehingga ketika seseorang sedang berbicara maka
lawan bicaranya cenderung diam dan mendengarkan dengan seksama.
Aizuchi dalam bahasa Jepang terdiri dari
berbagai jenis, di antaranya ada yang memiliki makna memberi persetujuan
terhadap suatu hal, dan ada yang hanya sekedar berfungsi sebagai suatu respon
terhadap pembicaraan dari lawan bicara. Hal yang menarik adalah bahwa sebagai
bahasa tonal, tekanan atau intonasi dalam pengucapan aizuchi dalam bahasa Jepang dapat memberi perbedaan makna yang
sangat signifikan. Berikut ini salah satu contoh aizuchi dalam bahasa Jepang.
Contoh 1.
A: Ashita
Tokyo e ikimasu ‘besok saya akan pergi ke Tokyo’
B: Soudesuka
‘oh begitu ya’
Contoh 2.
A: Kinou,
sensei wa arubaito ga yokunai to iimashita ‘kemarin
Pak (Bu) buru mengatakan bahwa bekerja paruh waktu tidak baik’
B: soudesuká
‘ begitu kah? / (masa sih?)’
Dalam dua konteks percakapan yang
berbeda tersebut terdapat aizuchi soudesuka yang berbeda tekanan. Secara
ortografis, kedua aizuchi tersebut
terlihat tidak memiliki perbedaan, akan tetapi
aizuchi soudesuka yang berbeda
tekanan tersebut sesungguhnya memiliki perbedaan makna yang sangat signifikan.
Pada contoh 1, soudesuka hanya
berfungsi sebagai tanggapan atau respon lawan bicara terhadap kalimat atau
informasi yang diuatarakan pembicara sebelumnya, sehingga apabila diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia menjadi bermakna ‘oh begitu ya..’, sedangkan aizuchi soudesuka pada contoh 2 yang
memiliki intonasi naik, tidak hanya memiliki fungsi sebagai respon lawan
bicara, tetapi juga memiliki makna keterkejutan atau ada sedikit rasa keraguan
terhadap informasi yang didengar lawan
bicara tersebut, sehingga jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
‘begitukah?/seperti itu kah?’.
Penggunaan aizuchi soudesuka di kalangan pembelajar bahasa Jepang sering kali
disamaratakan, yaitu pembelajar cenderung tidak memperhatikan perbedaan
intonasi yang ada di dalamnya. Tulisan ini berupaya untuk menjawab bagaimankah
sesungguhnya perbedaan intonasi yang terdapat pada aizuchi soudesuka apabila dianalisis secara fonetis melalui speech analyzer. Tetapi sebelum membahas
perbedaan intonasinya, pertama-tama akan dipaparkan mengenai frekuensi dasar dan
durasi yang terdapat pada kedua aizuchi
soudesuka tersebut.
II PEMBAHASAN
2.1 Frekuensi Dasar (FO)
Beikut
ini ditunjukkan FO yang terdapat pada aizuchi
soudesuka dengan intonasi naik [so:deská:].

Gambar
2.1.A: grafik FO [so:deská:]
Jarak
frekuensi yang ditunjukkan dalam grafik FO sekitar 50-340Hz. FO maksimum
terlihat dalam grafik tersebut terjadi saat pengucapan silabel [de] yang
mencapai 330Hz, sedangkan frekuensi minimumnya terjadi pada titik 55Hz.
Sementara
itu FO yang terdapat pada aizuchi
soudesuka dengan intonasi turun [so:deska:`]
dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.

Gambar
2.1.B: grafik FO [so:deska:`]
Jarak
frekuensi yang ditunjukkan dalam grafik FO pada [so:deska:`]
adalah sekitar 50-390Hz. FO maksimum terlihat dalam grafik tersebut terjadi
pada pengucapan silabel [so:] yang mencapai 380Hz, sedangkan frekuensi
minimumnya sekitar 55Hz.
2.2 Perbedaan Durasi
Durasi
total dari aizuchi soudesuka dengan
tekanan naik [so:deská:] adalah 1176ms
atau 1,176 sekon, yang dapat dilihat memalui speech analyzer berikut ini.

Gambar
2.2 A: durasi total [so:deská:]
Durasi
[so:deská:] di atas merupakan durasi total dari keseluruhan segmen dimana
masing-masing segmen memiliki durasi sebagai berikut.
Durasi
[so:deská:]
|
|||||||
segmen
|
s
|
o:
|
d
|
e
|
s
|
k
|
a:
|
durasi
|
90
ms
|
133
ms
|
93ms
|
76,5ms
|
185,5ms
|
32ms
|
565ms
|
durasi
total 1176ms= 1,176sekon
|
Sementara
itu durasi total dari soudesuka dengan intonasi turun [so:deska:`] adalah 900ms atau 0,900 sekon, yang dapat dilihat memalui speech analyzer berikut ini.

Gambar
2.2.B: durasi total [so:deska:`]
Durasi
[so:deska:`] di atas merupakan durasi total dari
keseluruhan segmen, dimana berdasarkan speech
analyzer masing-masing segmen memiliki durasi sebagai berikut.
Durasi
[so:deska:`]
|
|||||||
segmen
|
s
|
o:
|
d
|
e
|
s
|
k
|
a:
|
durasi
|
49,8ms
|
121
ms
|
66ms
|
101ms
|
162ms
|
23,5ms
|
378,5ms
|
durasi
total 899,8 (900)ms= 0,900 sekon
|
2.3 Perbedaan Intonasi dan durasi segmen [a:]
Intonasi yang terdapat pada soudesuka dengan intonasi naik [so:deská:]
terlihat jelas pada speech analyzer
berikut ini. Segmen [a:] pada silabel terakhir mengalami kenaikan tekanan yang
ditandai dengan garis melandai naik.

Gambar
2.3 A: tekanan naik segmen [a:]
Dari
gambar di atas juga dapat dilihat bahwa segmen [a:] pada [so:deská:] membutuhkan
durasi selama 565,1ms.
Perbedaan
tekanan yang jelas juga terlihat pada soudesuka
dengan intonasi turun [so:deska:`].
Segmen [a:] pada silabel terakhir
terlihat mengalami penurunan tekanan yang ditandai dengan garis melandai turun.

Gambar
2.3 B: penurunan tekanan segmen [a:]
Gambar
di atas juga memperlihatkan bahwa segmen [a:] pada soudesuka dengan intonasi turun [so:deska:`]
memerlukan durasi selama 378,5ms.
III SIMPULAN
Sebagai
bahasa tonal, tekanan dalam bahasa Jepang sangat berpengaruh secara signifikan,
begitu juga halnya yang terjadi dalam aizuchi
soudesuka ( [so:deská:] dan [so:deska:`]
). Berdasarkan analisis fonetis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa di antara [so:deská:] dan [so:deska:`] terdapat perbedaan FO, perbedaan durasi, dan
tentu saja terdapat perbedaan intonasi atau tekanan.
Jarak
frekuensi yang ditunjukkan dalam grafik FO pada [so:deská:] sekitar 50-340Hz.
FO maksimum terjadi saat pengucapan silabel [de] yang mencapai 330Hz, sedangkan
frekuensi minimumnya terjadi pada titik 55Hz. Sementara itu jarak frekuensi
yang ditunjukkan dalam grafik FO pada [so:deska:`]
adalah sekitar 50-390Hz. FO maksimum
terjadi pada pengucapan silabel [so:] yang mencapai 380Hz, sedangkan
frekuensi minimumnya sekitar 55Hz.
Durasi
total dari [so:deská:] lebih panjang
daripada durasi yang dihabiskan oleh [so:deska:`],
yaitu durasi [so:deská:] adalah 1176ms atau 1,176 sekon, sedangkan durasi total
dari [so:deska:`] adalah 900ms
atau 0,900 sekon.
Perbedaan
intonasi yang terdapat pada kedua soudesuka
tersebut dapat diidentifikasikan dengan sangat jelas. Pada [so:deská:] terlihat
terjadi kenaikan tekanan pada segmen [a:] pada silabel terakhir yang ditandai
dengan garis melandai naik, dan segmen [a:] tersebut terlihat menghabiskan
durasi selama 565,1ms. Sedangkan pada [so:deska:`]
terlihat terjadi penurunan tekanan yang ditandai dengan garis melandai turun
pada segmen [a:] pada silabel terakhir, dan segmen [a:] pada [so:deska:`]
memerlukan durasi selama 378,5ms.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar